ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN

 

A. ilmu pengetahuan dan daya kemampuan masyarakat

 

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, ditempatkan pada posisi tertinggi dan paling mulia dari makhluk lainnya. Ketinggian dan kemuliannya itu adalah bahwa manusia di samping memiliki kesadaran, juga dengan kesadaran yang dimilikinya itu berkemampuan untuk berpikir. Lain halnya dengan makhluk-makhluk lainnya yang juga memiliki kesadaran, tetapi kemampuan untuk berpikir tidak ada. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa manusia adalah makhluk berpikir.

          Dengan pikirannya manusia mendapat ilmu, dengan kehendaknya mampu mengarahkan prilakunya, dan dengan kesadaran yang dimilikinya manusia dapat menikmati kesenangan dan merasa sakit, sedih dan lain sebagainya.

          Adanya kemampuan manusia berpikir, berkehendak, dan merasa, maka dengan sendirinya akan menimbulkan adanya pengetahuan dalam diri manusia itu. Karenanya dapat dikatakan bahwa pengetahuan itu adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Kesan-kesan tadi akan melahirkan buah pikiran. Tetapi tidak semua buah pikiran manusia itu dikatakan pengetahuan, kalaupun tadinya disebut bahwa atas dasar kemampuan manusia berpikir, berkehendak dan merasa lalu menimbulkan pengetahuan.

          Di antara sekian banyak buah pikiran manusia, tidak semua memiliki pembuktian yang nyata kebenarannya. Maka buah pikiran yang tidak dapat dibuktikan dengan permbuktian yang nyata atau dengan kebenaran, tidaklah disebut pengetahuan. Sebab ada di antara buah pikiran manusia yang merupakan kelakar dan angan-angan semata-mata. Namun buah pikiran seperti itu dapat juga dianggap sebagai bahan-bahan yang berharga bagi seseorang ilmuan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Jelasnya pengetahuan yang diperoleh dengan jalan keterangan atau pembuktian nyata disebut ilmu pengetahuan.

          Salah satu corak ilmu pengetahuan ialah pengetahuan ilmiah, yang biasanya disebut dengan ilmu pengetahuan, singkatnya ilmu, yang dalam bahasa Inggeris disebut dengan “Science” , dalam bahasa Jerman disebut “Wissen Chaft”, dan dalam bahasa Belanda disebut “Wet wns chaft”.

          Sebenarnya perkataan Science berasal dari kata scio, scire (bahasa Latin) yang berarti tahu, demikian juga perkataan ilmu berasal dari kata ‘alima (bahasa Arab) yang berarti tahu. Dengan demikian baik ilmu maupun science secara etimologis berarti pengetahuan. Akan tetapi secara termonologis ilmu dan science itu adalah semacam pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat yang khas.

          Secara singkat dapatlah dikatakan bahwa ilmu pengetahuan itu ialah pengetahuan yang tersusun secara sistimatik, dengan menggunakan kekuatan pikiran, pengetahuan mana selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya.

          Karl Person (1857-1936) seorang pengarang terkenal Grammar of Science mengemukakan rumusan ilmu pengetahuan itu sebagai berikut : “Science in the complate and consistent description of the facts of experience in the simplest possible terms”. (ilmu pengetahuan ialah lukisan atau keterangan yang lengkap dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana/sedikit mungkin).

          Dalam ensiklopedia Indonesia dinyatakan bahwa Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengetahuan tertentu, hingga menjadi kesatuan, suatu sistem dari pelbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu (induksi, deduksi).

          Dalam beberapa rumusan ilmu pengetahuan tersebut di atas, terdapat beberapa unsur pokok yang sekaligus merupakan syarat-syarat dikatakannya sesudah itu sebagai ilmu pengetahuan. Unsur-unsur pokok tersebut ialah :

–    Pengetahuan

–    Tersusun secara sistematis

–    Menggunakan pemikiran

–    Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain.

          Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Diperkirakan terdapat 650 cabang-cabang ilmu pengetahuan (Jujun S. Suriasumantri; 1985:92). Keseluruhan cabang ilmu pengetahuan tersebut merupakan bagian dari tiga kelompok besar ilmu pengetahuan yang dikemukakan terdahulu.

             Selain pembagian di atas, masih dijumpai pengelompokkan ilmu kepada : ilmu-ilmu murni (pure sciences), dan ilmu terapan (applied sciences). Pembagian ini dilihat terutama adanya atau tidak unsur praktis yang hendak dikembangkan dalam ilmu tersebut. Ilmu murni memfokuskan perhatiannya kepada pencarian pengetahuan, sedangkan penggunaan praktisnya tidak menjadi tujuannya. Sedangkan ilmu terapan lebih menekankan pada pencarian cara-cara untuk mem-pergunakan pengetahuan tersebut, guna memecahkan masalah-masalah praktis kehidupan manusia. Dalam hal ini lahirlah teknologi.

          Ilmu pengetahuan hendaknya dikembangkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya, yaitu dengan lahir teknologi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam hal ini teknologi lahir dari perkembangan ilmu dan dari akal manusia untuk menguasai dan memanfaatkan lingkungan, sehingga kebutuhannya dapat terpenuhi. Ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan dan teknologi semakin tinggi pula tingkat kemampuan manusia menguasai dan memanfaatkan lingkungan.

          Hasil analisis Alvin Tofler menunjukkan bahwa gejala-gejala perubahan dan pembaharuan di dunia ini ada tiga gelombang perkembangan teknologi, yaitu : gelombang pertama (8.000-1.700), gelombang kedua (1700-1970), dan gelombang ketiga (1970 – 2.000).

1.  Gelombang Pertama

     –    Gelombang pembaharuan, manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian.

     –    Manusia memakai energi yang disimpan oleh alam untuknya.

     –    Cenderung untuk tinggal di suatu tempat yang disebut desa.

2.  Gelombang Kedua

     –    Masa revolusi industri.

     –    Mengembangkan teknologi pada tingkat yang baru seli (lahirnya mesin elektro).

     –    Macam-macam industri berkembang dengan pesat.

     –    Adanya garis pemisah yang jelas antara produsen dengan konsumen.

3.  Gelombang Ketiga

     –    Kemajuan teknologi dalam bidang :

          a.  Komunikasi dan data prosesing.

          b.  Penerbangan dan angkasa luar.

          c.  Energi alternatif.

          d.  Terjadinya de-urbanisasi.

          Persentuhan masyarakat Indonesia dengan kemajuan teknologi menimbulkan dampak positif dan negatif. Di satu pihak pembawa gaya hidup yang menyenangkan dan di pihak lain membawa problem sosial yang sangat memperhatikan seperti : mempertajam jurang antara lapisan kaya dan miskin, mempermudah terjadinya bencana-bencana bagi kehidupan manusia itu sendiri.

          Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia, di antaranya adalah membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Di sinilah perlunya seorang ilmuan atau seorang ahli teknologi harus mempunyai tanggung jawab sosial.

 

B.  KEMAKMURAN DAN KEMISKINAN

          Strata sosial atau kedudukan yang berbeda dalam masyarakat mengakibatkan ukuran kemakmuran bagi tiap-tiap golongan dalam masyarakat berbeda-beda. Salah satu strata itu adalah adanya golongan yang punya (pemilik) dan adanya golongan yang tidak punya, sehingga muncullah golongan kaya dan golongan miskin. Golongan kaya berada pada kondisi kemakmuran, sementara golongan miskin berada pada kondisi kemiskinannya.

          Kemakmuran ialah suatu suasana umum dimana setiap orang dapat memenuhi kebutuhan primer dan hidupnya secara layak. Mereka adalah orang-orang yang bekerja secara bersungguh-sungguh dengan menggunakan kemampuan yang ada padanya, sehingga ada padanya sandang, pangan dan papan yang layak buat diri dan keluarganya. Dalam hal ini tanpa persaingan, bekerja keras dengan sungguh-sungguh, maka kemakmuran tidak akan bisa dicapai.

          Sedangkan kemiskinan adalah suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan (Suparlan, 1981).

          Kemiskinan ini merupakan masalah manusia yang secara langsung nampak pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri. Masalah kemiskinan terwujud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia, utamanya aspek sosial dan ekonomi.

          Aspek sosial adalah ketidaksamaan sosial di antara sesama warga masyarakat. Sedangkan aspek ekonomi adalah adanya ketidaksamaan di antara masyarakat dalam hak dan kewajiban yang berkenaan dengan pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi. Oleh sebab itu para ahli ilmu sosial berpendapat bahwa sebab utama yang melahirkan kemiskinan itu ialah sistem ekonomi yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

Tugas Anda :

1.  Memperhatikan sistem ekonomi di negara kita dan kaitannya dengan kemiskinan.

2.  Mengkaji masalah-masalah sosial yang ditimbulkan oleh kemiskinan.

3.  Bagaimanakah pengaruh sistem sosial terhadap kehidupan ekonomi masyarakat (di Indonesia).

 

C.  TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN

          Salah satu penyebab kesengsaraan manusia adalah kemiskinan. Kemiskinan itu bisa berpangkal dan lahir dari ketidakmampuan manusia menggunakan teknologi. Sebab salah satu unsur terpenting dalam pertumbuhan ekonomi adalah kemajuan teknologi. Maka ini berarti manusia yang mempunyai keterampilan teknis untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Dan manusia/tenaga kerja seperti ini akan terhindar dari bahaya kemiskinan.

          Kemajuan teknologi akan mengakibatkan perubahan dalam struktur produksi maupun dalam komposisi tenaga kerja yang digunakan. Jadi bagi yang memiliki keterampilan yang tinggi dengan majunya teknologi akan selalu terbuka kesempatan kerja. Tetapi bagi yang tidak memilikinya dapat tergeser atau kehilangan pekerjaan. Maka timbullah pengangguran, dan pengangguran merupakan salah satu gejala sosial bahkan problema sosial yang dapat menyuburkan kemiskinan.

          Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan rezeki memang disediakan buat seluruh umat manusia, tetapi untuk merealisir kemungkinan-kemungkinan itu orang harus berusaha. Dan untuk dapat berusaha ini masing-masing orang dibekali dengan kemampuan, walaupun manusia dilahirkan sama. Di dalam perkembangannya manusia dapat memiliki kemampuan yang berbeda, baik secara vertikal maupun secara horizontal, secara vertikal orang dapat berbeda dalam tingkat kemampuan baik kemampuan teknis maupun kemampuan managerial. Sedangkan secara horizontal yaitu seseorang hanya memiliki kemampuan pada suatu bidang atau beberapa bidang keahlian, sehingga dalam masyarakat tumbuh berbagai spesialisasi dalam lapangan kerja.

          Adapun perbedaan tingkat kemampuan serta spesialisasi sebenarnya menunjukkan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing orang dalam kehidupan umumnya dan proses produksi khususnya. Di samping itu setiap orang menghadapi kenyataan keterbatasan dalam kesempatan, baik karena waktu maupun karena kemampuan serta perbedaan dalam kesempatan. Hal ini berarti bahwa orang yang akan mendapat imbalan sesuai dengan pekerjaan yang dikerjakannya, yakni jenis dan tingkat pekerjaan tertentu memberikan imbalan serta keuntungan yang lebih besar dari pada jenis dan tingkatan pekerjaan yang lain.

          Sebagai akibat lebih lanjut adalah lahirnya golongan kaya dan miskin dalam masyarakat. Walaupun perbedaan kadar kaya dan miskin tersebut dapat berubah-ubah menurut waktu, dan berbeda dari satu masyarakat kepada masyarakat yang lain, namun hal ini tetap merupakan salah satu masalah sosial besar dalam masyarakat.

 

D.  MENGATASI KEMISKINAN

          Dalam memberikan pertolongan kepada anggota masyarakat yang miskin dan golongan masyarakat lemah lainnya dapat digunakan cara pendekatan sebagai berikut :

1.       Pendekatan parsial.

2.       Pendekatan struktural.

          Yang pertama adalah pertolongan kepada yang tergolong miskin dilakukkan secara langsung, dan bersifat insindentil tergantung tersedianya dana dalam masyarakat. Dengan cara ini masalah kemiskinan dapat diatasi untuk sementara waktu.

          Sedangkan pendekatan kedua mengutamakan pemberian pertolongan secara kontinu. Tujuan akhir justru mengangkat golongan miskin dan lemah agar mereka dapat mengatasi kemiskinannya. Bahkan dari golongan yang dibantu diharapkan nantinya mereka menjadi golongan yang turut membantu di dalam masyarakat. Dengan pendekatan ini akan dicari sebab-sebab kemiskinan atau kelemahan itu dan berusaha mengatasi sebab-sebab yang menjadikan mereka itu miskin atau lemah. Cara ini diharapkan tidak memecahan masalah secara insidentil, tetapi justru mengubah dasar yang menjadi sebab kemiskinan atau kelemahan itu. Adakah pendekatan atau alternatif lain menurut Anda untuk mengatasi kemiskinan? Silahkan kemukakan dan kembangkan!

Pos ini dipublikasikan di Tak Berkategori. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar